Senin, 28 Februari 2022

Definisi Agama Menurut Para Ahli

A.    Agama

1.  Definisi Agama

Secara etimologis kata “Agama” berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu yang tersusun dari dua kata, a yang mempunyai arti tidak dan gam bearti pergi. Jadi dapat diartikan Agama adalah tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun.[1] Hal ini menunjukkan pada salah satu sifat Agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ada juga yang berpendapat pengertian Agama yaitu tersusun dari a bermakna tidak dan gam bermakna kacau. Jadi dapat disimpulkan bahwa Agama artinya tidak kacau. Ada lagi yang berpendapat bahwah pengertian dari Agama adalah teks atau kitab suci.[2]

Para ahli telah mendefinisikan banyak hal tentang agama, beberapa di antaranya mengidentifikasikan agama dengan agama dalam bahasa Inggris. Secara teknis, kata religion sama dengan religie (Belanda), din (Arab), dan Agama (Indonesia). Kemudian, baik agama maupun agama, keduanya berasal dari bahasa ibu kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa latin : “relegere, to treat carefully, relegere, to bind together; atau religere, to recover”. Religi dapat juga diartikan mengumpulkan dan membaca. Agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan, yang dibaca dari sebuah kumpulan berbentuk kitab suci.[3]

Secara terminologis, menurut Harun Nasution[4], ia memberikan definisi-definisi tentang Agama yaitu:

a.       Pengakuan adanya interaksi insan menggunakan kekuatan gaib yg wajib  dipatuhi.

b.      Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yg menguasai insan.

c.       Mengikat diri dalam suatu bentuk hayati yg mengandung pengakuan dalam suatu asal yg berada pada luar diri insan & yg menghipnotis perbuatan insan.

d.      Suatu sistem tingkah laku yang dari menurut kekuatan gaib.

e.       Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yg mengakibatkan cara hayati tertentu

f.       Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yg diyakini bersum-ber menurut suatu kekuatan gaib.

g.      Pemujaan terhadap kekuatan gaib yg muncul menurut perasaan lemah & perasaan takut terhadap kekuatan misterius yg masih ada dalam alam kurang lebih insan.

h.      Ajaran-ajaran yg diwahyukan Tuhan pada insan melalui seseorang Rasul.

Agama merupakan satu sistem kepercayaan pada Tuhan yang dianut oleh manusia dengan selalu mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok permasalahan yang dibahas dalam suatu Agama adalah Tuhan, manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Hubungan antara keduanya ini merupakan aspek metafisika dari pembahasan Agama itu sendiri, sedangkan manusia adalah termasuk yang berada dalam ranah fisik. Dengan kata lain dalam uraian tentang Agama dianjurkan membahas secara metafisika dan fisika atau yang terlihat dan yang tak terlihat. Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama juga dikenal dengan bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, din berarti kuasa, tunduk, ketaatan, mematuhi, penghargaan, tradisi.[5]

Dapat disimpulkan bahwa pengertian Agama adalah segala peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Artinya Agama memang memiliki peraturan-peraturan yg wajib  ditaati. Agama selanjutnya memang menguasai diri seorang  menciptakan untuk tunduk dan patuh pada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran Agama. 

2. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama

Ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap Agama, yaitu:

a.    Karena Fitrah Manusia

Kata fitrah merupakan turunan dari kata fathara yang berarti penciptaan, sakral, dan keseimbangan. Louis Ma'luf dalam kamus al-Munjid mengemukakan bahwa fitrah adalah kualitas yang ada dalam segala hal mulai dari awal penciptaan, kemanusiaan atau hadits.[6]

Menurut Imam al-Maraghi Fitrah, Allah telah menciptakan seseorang yang menampakkan dirinya pada kebenaran dan mau menggunakan pikirannya sendiri.[7]

Dengan demikian dapat diartikan bahwa fitra merupakan kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk cenderung kepada kebenaran. Fitarah dalam arti hanif sejalan dengan isyarat al-Quran:

 

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada Agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.[8] (Q.S Ar-Rum,30:30).

 

Fitrah Allah: Ini adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan memiliki naluri religius yaitu tauhid. Jika beberapa orang tidak memiliki tauhid, itu tidak wajar. Mereka menganut tauhid bukan hanya karena pengaruh lingkungan.

Fitrah berarti hanif (kecenderungan menguntungkan) yang dimiliki manusia karena proses bersaksi di permukaan bumi sebelum lahir. Kesaksian ini merupakan proses fitrah manusia dan selalu membutuhkan keyakinan religius, sehingga manusia dianggap sebagai makhluk religius. Manusia tidak dilahirkan kosong seperti kertas putih, karena penganut teori Tabula Rasa percaya akan hal itu. Hal ini dipertegas dengan dalil al-Quran:


Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",(Q.S.Al-A’raf,7:172).[9]

 

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kecenderungan beragama, yaitu bertauhid (Islam).

b.   Karena Keterbatasan Akal Manusia

Allah memberi umat manusia karunia terbesar untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan yang jahat, tetapi tidak semua yang baik dan yang jahat dapat dipahami melalui akal. Kecerdasan manusia juga tidak mampu mengetahui semua informasi, terutama informasi tentang metafisika (tak kasat mata), termasuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah kematian manusia, seperti barza, shirat, akhirat, surga dan neraka. Manusia membutuhkan informasi tentang semua ini, karena mereka harus menghadapi kehidupan setelah hidup di dunia, karena mereka membutuhkan tuntunan wahyu (Agama).

c.    Tantangan yang Dihadapi Manusia

Faktor lain yang membuat orang membutuhkan agama adalah mereka selalu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya, baik internal maupun eksternal. Tantang diri Anda dari dalam, seperti dorongan keinginan dan bisikan iblis. Sedangkan tantangan eksternal adalah segala bentuk tingkah laku manusia atau kesengajaan berupa upaya manusia untuk berpaling dari Tuhan. Seperti perkembangan berbagai budaya dan cara hidup yang sengaja diciptakan untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Seperti berkembangnya berbagai kebudayaan dan cara hidup yang sengaja diciptakan untuk memalingkan manusia dari tuhan.

Selain berbagai kesempurnaan manusia, mereka juga memiliki kekurangan yaitu menyempurnakan manusia dengan menggunakan al-nafs yang artinya manusia memiliki kemampuan untuk mempersepsikan arti baik dan buruk. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pencerahan dan bimbingan sebagai acuan atau pedoman dalam hidup, agar tidak menyesatkan orang lain.

3. Fungsi Agama

Agama melekat pada manusia. Tidak ada yang benar-benar di luar agama. Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama. Yang pertama sebagai informasi, yang kedua sebagai konfirmasi.

Secara rinci fungsi Agama adalah sebagai berikut:

a. Agama sebagai petunjuk kebenaran

Manusia adalah makhluk yang cerdas. Karena itulah, sains dan filsafat lahir sebagai alat untuk menemukan kebenaran. Akan tetapi tidak semua kebenaran yang dicari oleh umat manusia dapat dijawab dengan memuaskan oleh ilmu pengetahuan dan filsafat, karena nalar adalah landasan yang memiliki kemungkinan terbatas dan kebenaran relatif dan relatif, oleh karena itu manusia membutuhkan kebenaran yang berbeda, yaitu agama, yang memuat informasi dari Tuhan Yang Mutlak. Tuhan Yang Maha Benar.

b. Agama sebagai sumber moral

Masalah moral atau moral merupakan masalah mendasar dalam kehidupan seseorang. Bahkan misi nubuatan dan transmisi agama adalah untuk meningkatkan akhlak manusia. Meskipun akal manusia mampu berpikir dan mengetahui baik dan buruk, nalar apa yang dapat berpikir masih terbatas.

c. Agama sebagai sumber syariah dan ibadah

Hal terpenting dalam agama adalah ibadah. Ibadah adalah aplikasi dan realisasi iman. Ibadah yang benar hanya bisa dicapai melalui agama yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia. Manusia secara alami tidak mampu menciptakan ibadah dan bentuk pemujaan yang benar.[10]   

Dari beberapa fungsi Agama di atas maka dapat disimpulkan bahwa Agama sebagai penyelamat, pendamaian, sebagai sosial control, untuk mengatur kehidupan manusia menjadi pribadi yang baik dimata manusia dan Tuhan.



[1] Nurhasanah Bakhtiar,Pendidikan Agama Islam (Aswaja Pressindo: Yogyakarta,2013), hlm. 1

[2] Nurhasanah Bakhtiar Loc. Cit.

[3] Abuy Sodikin,”Konsep Agama dan Islam”,20 no. 97(2003), hlm. 2

[4] Ibid., hlm. 3

[5]  Ibid., hlm. 5

[6] Nurhasanah Bakhtiar Op. Cit., hlm. 4

[7] Ibid., hlm. 4

[8] Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 407

[9] Ibid., hlm. 173

[10] Ibid., hlm. 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Video